What Should We Call
This ? (Happy Story or Sad story?)
Author : SC_HZTao93 (HZT, Amity, G2)
Title : What
Should We Call This ? (Happy Story or Sad story?)
Main cast :
Mr. Max | Ms. Bree
Support cast
:
·
Mr.
Eric : Ms. Bree’s first love (ex boyfriend)
·
Ms.
Eve : Mr. Six’s cousin, Ms. Bree’s classmate
Genre : romance, angst, family life,
sad
Rate : PG -15
Length :
We promised to always love each
other,
The one who broke the promise was
you!
“AHHH..!!!” teriak Max membanting
setir mobilnya dengan cepat. “KENAPA AKU BEGITU BODOH ?!?” Max menyesali semua
yang telah ia lakukan, mengapa egonya yang tinggi dan sesaat bisa menghancurkan
seketika perasaan cintanya yang ia jaga bertahun – tahun?
Nasi sudah menjadi bubur, penyesalan
memang datang terakhir. Tak ada yang bisa dirubah lagi di masa lalu. Sekarang
pujaan hatinya, teman hidupnya, telah meninggalkannya untuk selama – lamanya.
Flashback on
“Ya, Mom! Aku akan
mengantarkan kue ini ke rumah Bibi Ara”
Segera Max menyambar sepedanya dan
mengayuhnya ke rumah Bibi Ara, ibu dari Evelyn sepupu dekatnya. Untungnya rumah
mereka masih satu kompleks, sehingga hanya membutuhkan waktu 1 menit untuk
sampai.
“Excuse me! Bibi ?!”
Seorang gadis sebayanya keluar dari
balik pintu “Eh, Max. Ayo masuk!” sapa Eve, sepupunya
“Tidak usah, Ev. Aku hanya mampir
sebentar untuk memberikan ini! Dari Mom ku” tersenyum tipis dan mengangkat kue
yang Max bawa “Bibi Ara ada?”
“Mommy? Sedang keluar dengan daddy.
Sini biar aku saja” mengambil kue yang dibawa Max
“Ok! Ok. Yasudah aku balik dulu.
Byee”
Max langsung menyambar sepedanya yang
tergeletak di tanah halaman rumah Evelyn. Tak lama kemudian suara gadis yang
nampak asing baginya, terdengar dari teras rumah Evelyn “Eve ? Bagaimana tugas kita? Sudah ada ide?”
Suara gadis itu yang terdengar
memikat hati, sontak membuat Max membalikkan tubuhnya kembali menghadap ke
teras rumah Eve. Melihat wajah gadis tersebut, memang benar! Sangat memikat
hatinya
‘Sungguh
memikat hati wajahnya! Siapa gadis itu?’ beribu – ribu pertanyaan muncul di
dalam hati Max ‘It was love.. at the
first sight!’ kalimat itu terniang di dalam hatinya. Matanya tak henti –
hentinya memandang kecantikkan gadis asing itu.
“Max?” kecoh Evelyn yang berhasil
membuat kacau lamunan Max
“Ah? Eh!?!” memandang Evelyn kaget
“Ya? Ada apa?”
“Kau yang ada apa, gila ?! Kenapa kau
memandang Bree seperti itu, kau naksir ya? Haha…”
‘Oh, nama gadis itu Bree, nice name!’
batinnya “Hah? Naksir? Ah tentu saja tidak !!!” sangkal Max lalu menarik tangan
Evelyn menjauh dari lokasi Bree berdiri
“Namanya Bree? Dia siapamu ? Apakah
seumuran dengan kita ? Sudah punya kekasih?” bertumpuk – tumpuk pertanyaan Ia
tumpahkan kepada Evelyn.
“Hei, pelan – pelan! Jadi kau benar –
benar naksir dengannya? Hahahaha” ejek Eve
“Ah, nanti kujawab! Jawab dulu
pertanyaanku!!!”
“Iya, dia Bree, Breonna Wyles. Teman
sekelasku, dan Ia sekarang teman sekelompok tugasku. Iya, namanya juga teman
sekelas! Ntah, tapi kudengar dia baru saja putus dengan kekasihnya!” jawab Eve
dengan sekilas
“Sudah ya! Aku ingin melanjutkan
tugasku, jangan ganggu! Byee…!” memukul lengan Max lalu membalikkan badannya
kembali masuk ke dalam rumahnya
“Hah, dasar menyebalkan!” kesal Max
lalu menaiki sepedanya dan mengayuhnya kembali pulang.
***
Max duduk santai di ranjang
nyamannya, memetik senar gitarnya asal. Di pikirannya hanya terbayang gadis itu
‘Bree’ ucapnya lirih. Bree, gadis yang Ia temui tadi siang di rumah Evelyn
‘Breonna Wyles!’
Max segera menyambar ponsel di
sebelahnya. Berkirim pesan pada Evelyn, sepupunya. Apa saja yang Ia ketahui
tentang gadis itu.
Nomor handphone, tanggal lahir,
keluarganya, bahkan mantan kekasihnya! ‘Eric, siswa populer di sekolahnya.
Putus karena Eric memutuskan pindah sekolah dan ada rumor bahwa Eric
mengkhianati cinta Bree! Hmm.. Boleh juga’ gumam Max
***
Evelyn’s House
Eve telah menjanjikan Max untuk
mengenalkannya pada Bree.
“Hei, Max! Nampaknya penampilanmu
terlalu berlebih!” Eve memandangi Max bingung
“Biar!” membenarkan kerahnya “Mana
dia?”
“Sedang di ruang makan, ayo masuk!” Eve
masuk ke dalam rumahnya diikuti Max yang terlihat sangat bahagia di belakangnya
Akhirnya Max bertemu dan berkenalan
langsung dengan Bree. Bertanya dan berbicara banyak dengan gadis itu. Ntah
kenapa, mereka cepat akrab. Eyes contact.. Kesenangan dan beberapa sifat yang
sama. Membuat mereka nampak cocok satu sama lain.
***
Beberapa bulan berlalu, mereka
semakin merasa cocok dan nyaman satu sama lain. Lagipula sebentar lagi mereka
lulus dari High School. Max memutuskan untuk memberanikan dirinya menyatakan
perasaannya pada Bree.
“Would you be mine… Bree?” Max
berlutut di hadapan Bree, menyatakannya dengan mantap dan lantang. Menunggu
jawaban indah yang keluar dari gadis pujaannya tersebut
Bree hanya tertawa keras melihat Max
berlutut di hadapannya, membuat Max semakin tegang dan takut. Namun “Yeaa, I
would!” jawaban itu keluar dari mulutnya yang manis.
Beberapa tahun berlalu, Max dan Bree
sudah terlihat cukup dewasa. Hari ini adalah ulang tahun Bree yang ke – 22.
Karena takut kehilangan gadisnya, Max memutuskan untuk segera melamar Bree.
Memang masih terlalu muda untuk menikah, namun keputusan Max sudah bulat,
hatinyapun sudah sangat mantap. Bree juga setuju dengan Max.
Akhirnya mereka memutuskan untuk
menikah segera setelah lulus kuliah. Max juga sudah langsung mendapat tawaran
pekerjaan di salah satu perusahaan besar, karena prestasinya saat kuliah
Hari demi hari, minggu demi minggu
dan bulan demi bulan, telah mereka lewati bersama. Tak ada yang salah dari
mereka. Semua berjalan dengan baik dan sangat indah. Hingga suatu hari…
“Ah, lelahnya! Masak apa ya Bree hari
ini” senyum lebar dan hangat keluar dari wajah menawannya. Max keluar dari
mobilnya, melepas jas dan dasinya dan berjalan menuju apartemen dimana ia
tinggal dan Bree.
Seketika senyuman hangatnya itu
hilang, wajahnya berubah menjadi masam tak karuan, badan dan lidahnya terasa
kaku, Ia masih tak percaya apa yang ia lihat di depannya. Memang apa yang Max
lihat?
Kekasih hatinya tengah berciuman
mesra tepat di depan pintu apartemen mereka. Sontak membuat hati Max terguncang
dan marah, Ia menghentakkan kakinya marah mendekati kedua pasangan di depannya.
Sebuah tinjuan tajam dari tangan kekar Max tepat mengenai pipi pria itu, yang
ternyata Eric, kekasih masa lalu Bree.
Tinjuan Max membuat amarah Eric ikut
tersulut “Hei! Siapa kau? Berani sekali kau datang – datang dan tiba – tiba
meninjuku huhh ?!?” Kepalan tangan Eric yang tak kalah kuat membalas dan
mengenai sisi mulut Max
Bree yang takut dan gelisah melihat
kejadian tersebut mencoba meleraikan mereka “STOPPP! STOPPP! Berhenti kalian!”
teriakan Bree menggema hingga seluruh ruangan apartemen di lantai 4 tersebut.
Bree menarik lengan Max masuk ke dalam apartemennya, mencoba menjauhkannya dari
Eric.
Max melepaskan genggaman Bree dari
lengannya “Lepaskan aku!Siapa kau berani beraninya memegang lenganku dan masuk
ke dalam apartemenku dan istriku??” ucapan tajam Max keluar dari mulutnya
“M-M-Max..Apa yang kau
bicarakan?Akukan istrimu?!”ucapan dingin Max sukses membuat mata Bree berkaca –
kaca dan lidahnya menjadi kelu
“Huhh..” tertawa dingin “Kau bukan
istriku!Istriku adalah orang yang baik hati dan setia! Bukan sepertimu yang
berani berciuman di depan umum dengan pria lain!”
“Let’s break up! Mari kita akhiri
sampai sini saja!” dengan sepihak kata kata tajam itu keluar dari mulut Max.
Sungai deras akhirnya keluar dari
kedua kelopak mata Bree “Max..” pintanya lirih
Flashback off
Kenangan manis dan pahit itu masih
tersimpan manis di dalam pikiran Max. Air mata dan keluh kesahnya kembali ia
utarakan sendiri. Max makin mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi malam
itu.
Seketika mobil yang ia kendarai
hilang keseimbangan. Max tak melihat ada tikungan tajam di depannya. Dengan
sergap ia membanting setir mobilnya kasar sebelum menabrak pembatas jalan di
depannya.
Flashback on
Tokk… Tokk.. Tokk “Excuse me?”
Suara seorang pria di sore itu
terdengar tak asing bagi Bree. “Tunggu sebentar, siapa?” teriak Bree dari dalam
rumah. Hanya dia yang ada di dalam rumah saat ini, suaminya, Max, masih bekerja
dan belum pulang
‘DEGGG…!!” jantung Bree berdegup
kencang, bibirnya gemetar dan lidahnya terasa kelu, badannya kaku seketika
melihat seorang pria yang tengah berdiri tepat di depannya.
“E-e-er-eric?!?” pernyataan singkat
yang keluar dari mulutnya secara terbata – bata.
Eric, orang yang dulu pernah menjadi
spesial di hati Bree. Tiba – tiba menghilang tanpa kabar dan datangnya rumor
bahwa ia memiliki banyak girlfriend di luar sana.
“Hai, Bree!” sapa singkat pria di
depannya yang tiba – tiba memeluk erat Bree. Sontak membuat Bree sangat
terkejut dan badannya kembali menjadi kaku. Nampaknya Eric belum mengetahui
bahwa Bree telah menikah, Ia hanya mendapat informasi dimana Bree tinggal.
Segera Bree mengendalikan dirinya dan
mendorong tubuh Eric menjauh dari tubuhnya.
“Why Bree?” ucap Eric bingung “Did
you miss me, right?”
“Hah?Tentu tidak,kau menghilang
begitu saja tanpa kabar!Jauhi aku, jangan berani berani melakukan hal seperti
itu lagi padaku! Pergilah!”
“Bree??” seketika Eric mendekatkan
wajahnya dan mengecup bibir Bree yang berada tepat di depannya
‘BUGGGG…!!!’ tinjuan tajam dari
seseorang tepat mengenai wajah Eric
***
“Max..” pinta Bree lirih melihat
kekasihnya mengeluarkan kata – katanya yang kejam dan langsung meninggalkan
Bree sendirian di ruangan apartemen. Matanya masih berkaca – kaca dan segera
mendorong tubuh Eric menjauh dari apartemennya
“Eric,dia adalah suamiku! Kau
puaskan? Jauhi aku mulai saat ini!! JANGAN BERANI – BERANI MENEMUIKU LAGI!
MENGERTI ?!?” teriak Bree lalu masuk kembali ke apartemennya dan menutup kasar
pintu apartemen.
Bree berjalan lemas menuju kamarnya.
Ucapan kasar dari Max masih terniang di kepalanya. Lama – kelamaan ia tak kuat mengingat semua yang
dikatakan suaminya tadi. Selimut, bantal, lampu tidur dan segala benda – benda
yang berada di kamar sudah pecah belah di lantai. Tiba – tiba Bree melihat
sebuah pil berdosis tinggi di kotak P3K-nya. Tanpa berpikir panjang dan babibu,
Bree mengambil sebuah kertas lalu menulis surat untuk Max.
***
Max sudah berdiri di depan gedung
apartemen yang ia tinggali bersama Bree. Mengepalkan kedua tangannya erat “Huhhh.. Apa perkataanku terlalu kasar pada
Bree??!?” gumamnya lirih. Namun apa daya, hatinya sudah terlalu sakit tertusuk
tusuk tajam akibat melihat kejadian tadi. Max berniat kembali ke atas, ke
apartemennya. Mengambil beberapa stel pakaiannya, Max berniat menginap di
kantornya nanti malam.
Skip
Max masuk perlahan – lahan ke
apartemennya, suasana nampak sepi. “Hah.. Apa apain ini ? Sepi sekali ? Apa
Bree pergi dan kabur dengan lelaki tadi ?!?” umpat Max panas. “Sudahlah.. Aku
tak peduli dengan mereka lagi!!” Max membohongi perasaannya dengan Bree. Lalu
Max melangkahkan kakinya menuju ke dalam kamarnya.
‘DEGGG…!!’
Max berhenti tepat di depan pintu
kamarnya. Barang – barang sudah menjadi pecah belah di lantai, sangat
berantakan! Max melangkahkan kakinya hati – hati masuk ke dalam kamar, takut
kakinya menginjak pecahan kaca yang pecah.
‘GLEEKKK..”
Max menelan ludahnya dalam. Matanya
tak percaya apa yang barusan Ia lihat, badannya kaku seketika. “B-B-Bree..
?Bree ku!?” berlari mendekati tubuh istrinya yang sudah lemas. Mulutnya sudah
mengeluarkan busa putih, tubuhnya terkujur lemas. Max mengecek nadi, napas dan
detak jantung Bree. Namun NIHIL! Semuanya telah berhenti, tubuh Bree sudah terbujur
kaku. Max menemukan botol pil yang diminum Bree, Max segera mengambil dan
melemparnya keras ke dinding kamar, sehingga pecah berkeping – keping.
Ia juga menemukan surat yang ditulis
Bree.
Dear, Max. My Lovely & super husband
Maaf jika aku salah, maaf jika aku telah membuat hatimu sakit
Maaf jika aku membuatmu sangat marah, sehingga membuatmu berkata seperti
itu padaku
Tapi bukan maksudku, Max! Ini sebuah kesalahpahaman!
Ia hanya tak sengaja memeluk dan menciumku, Ia tak tahu bahwa kita telah
menikah
Maaf karena aku mengakhiri hidupku dengan cara bodoh seperti ini!
Maaf juga karena aku telah mengakhiri hidup anak kita dengan cara yang
bodoh juga. Tak membiarkan dia hidup, melihat dunia dan merasakan cinta kasih
seorang Ayah dan Ibu
Anak ?Ya, aku ternyata sedang mengandung anakmu selama 3 minggu. Aku
ingin memberitahumu, namun kamu terlanjur marah padaku.
I Love you, Max!
Love,
Breonna Wyles.
Tanpa disadari, air mata deras keluar
dari kelopak mata Max. Namun semua itu percuma dan sia sia saja! Air matanya
tak bisa mengembalikkan keadaan seperti semula. Air matanyapun tak bisa membuat
istri.. dan anaknya hidup lagi!
“Bodoh memang aku sangat bodoh! Maaf,
karena aku tak mendengarkan penjelasanmu dahulu dengan akal sehatku” ucap Max
dengan terisak dan penuh penyesalan.
Flashback off
“AHHH!!! KENAPA AKU BEGITU BODOH ?!?”
“Ahhh… Siaalll!!!” Max membanting stir mobilnya kasar dan
cepat. Mencoba mengendalikan mobilnya yang hilang keseimbangan.
“Huhh..” Max menghela napas panjang. Mobilnya berhasil Ia
kendalikan melewati tikungan tajam di didepannya.Namun
‘BUGGGG…!!!’
Mobilnya terlalu miring ke pinggir jalan dan tergelincir
licinnya jalan akibat hujan. Mobil Max menabrak sebuah pohon besar di depannya.
‘Pipp… Pipp.. Pippp’
Max berhasil dilarikan ke rumah sakit dengan keadaannya yang
berlumuran darah.
‘PIIIPPPP…..”
Namun sayang, nyawa Max tak tertolong lagi akibat kekurangan
darah.
Sekarang Max akhirnya bisa berkumpul lagi bersama pujaan
hatinya, istrinya, Bree, dan juga… Anaknya jauh di sana.
THE END.