Sabtu, 10 Januari 2015

Penerima Penghargaan Nobel Perdamaian

Theodore Roosevelt Karena mendamaikan Rusia dan Jepang yang sedang berperang
Martin Luther King, Jr Aksinya menentang diskriminasi  terhadap orang – orang kulit hitam. Dan menentang tanah milik dan Perang Vietnam
 Henry Kissinger dan Le Duc Tho : Mengusahakan Persetujuan Damai Paris ke jalurnya. Akhirnya AS dan RDV menandatangani sebuah komunike bersama yang berisi janji untuk saling mendukung guna sepenuhnya mewujudkan isi Persetujuan Paris. Le Duc Tho dan Dr. Kissinger bersama-sama dianugerahi Penghargaan Perdamaian Nobel 1973 untuk usaha mereka. Namun Le menolak hadiah itu, dengan alasan negerinya belum benar-benar damai.
Anwar Sadat : Ikut serta dalam terciptanya Perjanjian Damai Camp David
Mother Teresa : Pendiri Missionaries of Charity. Dia memulai pekerjaan misionarisnya bersama orang misikin, membantu yang miskin dan kelaparan. Lalu Bunda Teresa mengubah sebuah kuil Hindu yang ditinggalkan menjadi Kalighat Home for the Dying, sebuah rumah sakit gratis untuk orang miskin. Bunda Teresa juga membuat rumah untuk orang yang menderita penyakit Hansen, rumah bagi yatim piatu dan remaja tunawisma, penampungan dan rumah Lepra di seluruh India. Lalu Bunda Teresa memperluas ordo ke seluruh dunia.
 
Nelson Mandela  :  Setelah menjadi Presiden ANC, Mandela menerbitkan otobiografi dan bernegosiasi dengan Presiden F.W. de Klerk untuk menghapuskan apartheid dan melaksanakan pemilu multiras tahun 1994 yang kelak dimenangkan ANC. Ia terpilih sebagai Presiden dan membentuk Pemerintahan Persatuan Nasional. Selaku Presiden, ia menyusun konstitusi baru dan membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk menyelidiki pelanggaran-pelanggaran HAM sebelumnya. Ia juga memperkenalkan kebijakan reformasi lahan, pemberantasan kemiskinan, dan perluasan cakupan layanan kesehatan. Di luar negeri, ia bertindak sebagai mediator antara Libya dan Britania Raya dalam pengadilan pengeboman Pan Am Penerbangan 103 dan mengawasi intervensi militer di Lesotho.
Frederik Willem de Klerk de Klerk terkenal di dalam sejarah internasional sebagai pemimpin yang berhasil mengakhiri era apartheid, suatu dasar rasialisme di Afrika Selatan yang menindas kaum mayoritas kulit hitam. Ia juga telah mengubah sistem administrasi negara dari sebuah rezim tangan besi ke sistem demokrasi, dimana penduduk kulit hitam (yang melebihi 90% penduduk Afrika Selatan) diberikan hak menentukan nasib.
Yasser Arafat, Yitzhak Rabin, Shimon Peres : Terlibat dalam Perjanjian Oslo. Perjanjian untuk mendamaikan PLO dan Israel.
John Hume dan David Trimble : Sama – sama seorang politikus yang menerima Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun 1998
Wangari Maathai :  Pada tahun 2004, ia menjadi wanita asal Afrika pertama yang dianugerahi Penghargaan Perdamaian Nobel untuk kontribusinya dalam bidang pembangunan berkelanjutan, demokrasi, dan perdamaian.
SC_HZTao93
Amity G2 

EDIT FOTO

Tugas from Ms. Evelyn Demetra

Maaf tugas editan yang masih acak adul :|

SC_HZTao93
Amity G2

Kamis, 01 Januari 2015

Ms. Bree 's FF Task



What Should We Call This ? (Happy Story or Sad story?)

Author :  SC_HZTao93 (HZT, Amity, G2)
Title : What Should We Call This ? (Happy Story or Sad story?)
Main cast : Mr. Max | Ms. Bree
Support cast :
·         Mr. Eric : Ms. Bree’s first love (ex boyfriend)
·         Ms. Eve : Mr. Six’s cousin, Ms. Bree’s classmate

Genre : romance, angst, family life, sad
Rate : PG -15
Length :


We promised to always love each other,
The one who broke the promise was you!



“AHHH..!!!” teriak Max membanting setir mobilnya dengan cepat. “KENAPA AKU BEGITU BODOH ?!?” Max menyesali semua yang telah ia lakukan, mengapa egonya yang tinggi dan sesaat bisa menghancurkan seketika perasaan cintanya yang ia jaga bertahun – tahun?

Nasi sudah menjadi bubur, penyesalan memang datang terakhir. Tak ada yang bisa dirubah lagi di masa lalu. Sekarang pujaan hatinya, teman hidupnya, telah meninggalkannya untuk selama – lamanya.

Flashback on


“Ya, Mom! Aku akan mengantarkan kue ini ke rumah Bibi Ara”
Segera Max menyambar sepedanya dan mengayuhnya ke rumah Bibi Ara, ibu dari Evelyn sepupu dekatnya. Untungnya rumah mereka masih satu kompleks, sehingga hanya membutuhkan waktu 1 menit untuk sampai.

“Excuse me! Bibi ?!”

Seorang gadis sebayanya keluar dari balik pintu “Eh, Max. Ayo masuk!” sapa Eve, sepupunya
“Tidak usah, Ev. Aku hanya mampir sebentar untuk memberikan ini! Dari Mom ku” tersenyum tipis dan mengangkat kue yang Max bawa “Bibi Ara ada?”

“Mommy? Sedang keluar dengan daddy. Sini biar aku saja” mengambil kue yang dibawa Max

“Ok! Ok. Yasudah aku balik dulu. Byee”

Max langsung menyambar sepedanya yang tergeletak di tanah halaman rumah Evelyn. Tak lama kemudian suara gadis yang nampak asing baginya, terdengar dari teras rumah Evelyn “Eve ? Bagaimana tugas kita? Sudah ada ide?

Suara gadis itu yang terdengar memikat hati, sontak membuat Max membalikkan tubuhnya kembali menghadap ke teras rumah Eve. Melihat wajah gadis tersebut, memang benar! Sangat memikat hatinya

Sungguh memikat hati wajahnya! Siapa gadis itu?’ beribu – ribu pertanyaan muncul di dalam hati Max ‘It was love.. at the first sight!’ kalimat itu terniang di dalam hatinya. Matanya tak henti – hentinya memandang kecantikkan gadis asing itu.

“Max?” kecoh Evelyn yang berhasil membuat kacau lamunan Max

“Ah? Eh!?!” memandang Evelyn kaget “Ya? Ada apa?”

“Kau yang ada apa, gila ?! Kenapa kau memandang Bree seperti itu, kau naksir ya? Haha…”

‘Oh, nama gadis itu Bree, nice name!’ batinnya “Hah? Naksir? Ah tentu saja tidak !!!” sangkal Max lalu menarik tangan Evelyn menjauh dari lokasi Bree berdiri

“Namanya Bree? Dia siapamu ? Apakah seumuran dengan kita ? Sudah punya kekasih?” bertumpuk – tumpuk pertanyaan Ia tumpahkan kepada Evelyn.

“Hei, pelan – pelan! Jadi kau benar – benar naksir dengannya? Hahahaha” ejek Eve

“Ah, nanti kujawab! Jawab dulu pertanyaanku!!!”

“Iya, dia Bree, Breonna Wyles. Teman sekelasku, dan Ia sekarang teman sekelompok tugasku. Iya, namanya juga teman sekelas! Ntah, tapi kudengar dia baru saja putus dengan kekasihnya!” jawab Eve dengan sekilas
“Sudah ya! Aku ingin melanjutkan tugasku, jangan ganggu! Byee…!” memukul lengan Max lalu membalikkan badannya kembali masuk ke dalam rumahnya

“Hah, dasar menyebalkan!” kesal Max lalu menaiki sepedanya dan mengayuhnya kembali pulang.

***

Max duduk santai di ranjang nyamannya, memetik senar gitarnya asal. Di pikirannya hanya terbayang gadis itu ‘Bree’ ucapnya lirih. Bree, gadis yang Ia temui tadi siang di rumah Evelyn ‘Breonna Wyles!’

Max segera menyambar ponsel di sebelahnya. Berkirim pesan pada Evelyn, sepupunya. Apa saja yang Ia ketahui tentang gadis itu.

Nomor handphone, tanggal lahir, keluarganya, bahkan mantan kekasihnya! ‘Eric, siswa populer di sekolahnya. Putus karena Eric memutuskan pindah sekolah dan ada rumor bahwa Eric mengkhianati cinta Bree! Hmm.. Boleh juga’ gumam Max

***

Evelyn’s House
Eve telah menjanjikan Max untuk mengenalkannya pada Bree.

“Hei, Max! Nampaknya penampilanmu terlalu berlebih!” Eve memandangi Max bingung

“Biar!” membenarkan kerahnya “Mana dia?”

“Sedang di ruang makan, ayo masuk!” Eve masuk ke dalam rumahnya diikuti Max yang terlihat sangat bahagia di belakangnya

Akhirnya Max bertemu dan berkenalan langsung dengan Bree. Bertanya dan berbicara banyak dengan gadis itu. Ntah kenapa, mereka cepat akrab. Eyes contact.. Kesenangan dan beberapa sifat yang sama. Membuat mereka nampak cocok satu sama lain.




***

Beberapa bulan berlalu, mereka semakin merasa cocok dan nyaman satu sama lain. Lagipula sebentar lagi mereka lulus dari High School. Max memutuskan untuk memberanikan dirinya menyatakan perasaannya pada Bree.

“Would you be mine… Bree?” Max berlutut di hadapan Bree, menyatakannya dengan mantap dan lantang. Menunggu jawaban indah yang keluar dari gadis pujaannya tersebut

Bree hanya tertawa keras melihat Max berlutut di hadapannya, membuat Max semakin tegang dan takut. Namun “Yeaa, I would!” jawaban itu keluar dari mulutnya yang manis.


Beberapa tahun berlalu, Max dan Bree sudah terlihat cukup dewasa. Hari ini adalah ulang tahun Bree yang ke – 22. Karena takut kehilangan gadisnya, Max memutuskan untuk segera melamar Bree. Memang masih terlalu muda untuk menikah, namun keputusan Max sudah bulat, hatinyapun sudah sangat mantap. Bree juga setuju dengan Max.

Akhirnya mereka memutuskan untuk menikah segera setelah lulus kuliah. Max juga sudah langsung mendapat tawaran pekerjaan di salah satu perusahaan besar, karena prestasinya saat kuliah

Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan, telah mereka lewati bersama. Tak ada yang salah dari mereka. Semua berjalan dengan baik dan sangat indah. Hingga suatu hari…

“Ah, lelahnya! Masak apa ya Bree hari ini” senyum lebar dan hangat keluar dari wajah menawannya. Max keluar dari mobilnya, melepas jas dan dasinya dan berjalan menuju apartemen dimana ia tinggal dan Bree.

Seketika senyuman hangatnya itu hilang, wajahnya berubah menjadi masam tak karuan, badan dan lidahnya terasa kaku, Ia masih tak percaya apa yang ia lihat di depannya. Memang apa yang Max lihat?

Kekasih hatinya tengah berciuman mesra tepat di depan pintu apartemen mereka. Sontak membuat hati Max terguncang dan marah, Ia menghentakkan kakinya marah mendekati kedua pasangan di depannya. Sebuah tinjuan tajam dari tangan kekar Max tepat mengenai pipi pria itu, yang ternyata Eric, kekasih masa lalu Bree.

Tinjuan Max membuat amarah Eric ikut tersulut “Hei! Siapa kau? Berani sekali kau datang – datang dan tiba – tiba meninjuku huhh ?!?” Kepalan tangan Eric yang tak kalah kuat membalas dan mengenai sisi mulut Max
Bree yang takut dan gelisah melihat kejadian tersebut mencoba meleraikan mereka “STOPPP! STOPPP! Berhenti kalian!” teriakan Bree menggema hingga seluruh ruangan apartemen di lantai 4 tersebut. Bree menarik lengan Max masuk ke dalam apartemennya, mencoba menjauhkannya dari Eric.

Max melepaskan genggaman Bree dari lengannya “Lepaskan aku!Siapa kau berani beraninya memegang lenganku dan masuk ke dalam apartemenku dan istriku??” ucapan tajam Max keluar dari mulutnya

“M-M-Max..Apa yang kau bicarakan?Akukan istrimu?!”ucapan dingin Max sukses membuat mata Bree berkaca – kaca dan lidahnya menjadi kelu

“Huhh..” tertawa dingin “Kau bukan istriku!Istriku adalah orang yang baik hati dan setia! Bukan sepertimu yang berani berciuman di depan umum dengan pria lain!”
“Let’s break up! Mari kita akhiri sampai sini saja!” dengan sepihak kata kata tajam itu keluar dari mulut Max.

Sungai deras akhirnya keluar dari kedua kelopak mata Bree “Max..” pintanya lirih


Flashback off

Kenangan manis dan pahit itu masih tersimpan manis di dalam pikiran Max. Air mata dan keluh kesahnya kembali ia utarakan sendiri. Max makin mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi malam itu.

Seketika mobil yang ia kendarai hilang keseimbangan. Max tak melihat ada tikungan tajam di depannya. Dengan sergap ia membanting setir mobilnya kasar sebelum menabrak pembatas jalan di depannya.

Flashback on


Tokk… Tokk.. Tokk “Excuse me?”
Suara seorang pria di sore itu terdengar tak asing bagi Bree. “Tunggu sebentar, siapa?” teriak Bree dari dalam rumah. Hanya dia yang ada di dalam rumah saat ini, suaminya, Max, masih bekerja dan belum pulang

‘DEGGG…!!” jantung Bree berdegup kencang, bibirnya gemetar dan lidahnya terasa kelu, badannya kaku seketika melihat seorang pria yang tengah berdiri tepat di depannya.

“E-e-er-eric?!?” pernyataan singkat yang keluar dari mulutnya secara terbata – bata.

Eric, orang yang dulu pernah menjadi spesial di hati Bree. Tiba – tiba menghilang tanpa kabar dan datangnya rumor bahwa ia memiliki banyak girlfriend di luar sana.
“Hai, Bree!” sapa singkat pria di depannya yang tiba – tiba memeluk erat Bree. Sontak membuat Bree sangat terkejut dan badannya kembali menjadi kaku. Nampaknya Eric belum mengetahui bahwa Bree telah menikah, Ia hanya mendapat informasi dimana Bree tinggal.

Segera Bree mengendalikan dirinya dan mendorong tubuh Eric menjauh dari tubuhnya.
“Why Bree?” ucap Eric bingung “Did you miss me, right?”

“Hah?Tentu tidak,kau menghilang begitu saja tanpa kabar!Jauhi aku, jangan berani berani melakukan hal seperti itu lagi padaku! Pergilah!”

“Bree??” seketika Eric mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Bree yang berada tepat di depannya

‘BUGGGG…!!!’ tinjuan tajam dari seseorang tepat mengenai wajah Eric

***

“Max..” pinta Bree lirih melihat kekasihnya mengeluarkan kata – katanya yang kejam dan langsung meninggalkan Bree sendirian di ruangan apartemen. Matanya masih berkaca – kaca dan segera mendorong tubuh Eric menjauh dari apartemennya

“Eric,dia adalah suamiku! Kau puaskan? Jauhi aku mulai saat ini!! JANGAN BERANI – BERANI MENEMUIKU LAGI! MENGERTI ?!?” teriak Bree lalu masuk kembali ke apartemennya dan menutup kasar pintu apartemen.

Bree berjalan lemas menuju kamarnya. Ucapan kasar dari Max masih terniang di kepalanya. Lama  – kelamaan ia tak kuat mengingat semua yang dikatakan suaminya tadi. Selimut, bantal, lampu tidur dan segala benda – benda yang berada di kamar sudah pecah belah di lantai. Tiba – tiba Bree melihat sebuah pil berdosis tinggi di kotak P3K-nya. Tanpa berpikir panjang dan babibu, Bree mengambil sebuah kertas lalu menulis surat untuk Max.

***

Max sudah berdiri di depan gedung apartemen yang ia tinggali bersama Bree. Mengepalkan kedua tangannya erat  “Huhhh.. Apa perkataanku terlalu kasar pada Bree??!?” gumamnya lirih. Namun apa daya, hatinya sudah terlalu sakit tertusuk tusuk tajam akibat melihat kejadian tadi. Max berniat kembali ke atas, ke apartemennya. Mengambil beberapa stel pakaiannya, Max berniat menginap di kantornya nanti malam.

Skip

Max masuk perlahan – lahan ke apartemennya, suasana nampak sepi. “Hah.. Apa apain ini ? Sepi sekali ? Apa Bree pergi dan kabur dengan lelaki tadi ?!?” umpat Max panas. “Sudahlah.. Aku tak peduli dengan mereka lagi!!” Max membohongi perasaannya dengan Bree. Lalu Max melangkahkan kakinya menuju ke dalam kamarnya.

‘DEGGG…!!’

Max berhenti tepat di depan pintu kamarnya. Barang – barang sudah menjadi pecah belah di lantai, sangat berantakan! Max melangkahkan kakinya hati – hati masuk ke dalam kamar, takut kakinya menginjak pecahan kaca yang pecah.

‘GLEEKKK..”

Max menelan ludahnya dalam. Matanya tak percaya apa yang barusan Ia lihat, badannya kaku seketika. “B-B-Bree.. ?Bree ku!?” berlari mendekati tubuh istrinya yang sudah lemas. Mulutnya sudah mengeluarkan busa putih, tubuhnya terkujur lemas. Max mengecek nadi, napas dan detak jantung Bree. Namun NIHIL! Semuanya telah berhenti, tubuh Bree sudah terbujur kaku. Max menemukan botol pil yang diminum Bree, Max segera mengambil dan melemparnya keras ke dinding kamar, sehingga pecah berkeping – keping.

Ia juga menemukan surat yang ditulis Bree.
Dear, Max. My Lovely & super husband

Maaf jika aku salah, maaf jika aku telah membuat hatimu sakit
Maaf jika aku membuatmu sangat marah, sehingga membuatmu berkata seperti itu padaku
Tapi bukan maksudku, Max! Ini sebuah kesalahpahaman!
Ia hanya tak sengaja memeluk dan menciumku, Ia tak tahu bahwa kita telah menikah

Maaf karena aku mengakhiri hidupku dengan cara bodoh seperti ini!
Maaf juga karena aku telah mengakhiri hidup anak kita dengan cara yang bodoh juga. Tak membiarkan dia hidup, melihat dunia dan merasakan cinta kasih seorang Ayah dan Ibu
Anak ?Ya, aku ternyata sedang mengandung anakmu selama 3 minggu. Aku ingin memberitahumu, namun kamu terlanjur marah padaku.
I Love you, Max!
Love,
Breonna Wyles.

Tanpa disadari, air mata deras keluar dari kelopak mata Max. Namun semua itu percuma dan sia sia saja! Air matanya tak bisa mengembalikkan keadaan seperti semula. Air matanyapun tak bisa membuat istri.. dan anaknya hidup lagi!

“Bodoh memang aku sangat bodoh! Maaf, karena aku tak mendengarkan penjelasanmu dahulu dengan akal sehatku” ucap Max dengan terisak dan penuh penyesalan.

Flashback off


“AHHH!!! KENAPA AKU BEGITU BODOH ?!?”
“Ahhh… Siaalll!!!” Max membanting stir mobilnya kasar dan cepat. Mencoba mengendalikan mobilnya yang hilang keseimbangan.
“Huhh..” Max menghela napas panjang. Mobilnya berhasil Ia kendalikan melewati tikungan tajam di didepannya.Namun

‘BUGGGG…!!!’

Mobilnya terlalu miring ke pinggir jalan dan tergelincir licinnya jalan akibat hujan. Mobil Max menabrak sebuah pohon besar di depannya.

‘Pipp… Pipp.. Pippp’
Max berhasil dilarikan ke rumah sakit dengan keadaannya yang berlumuran darah.

‘PIIIPPPP…..”
Namun sayang, nyawa Max tak tertolong lagi akibat kekurangan darah.
Sekarang Max akhirnya bisa berkumpul lagi bersama pujaan hatinya, istrinya, Bree, dan juga… Anaknya jauh di sana.

THE END.